Rabu, 12 Maret 2014

cerpen motivasi "marahnya mutiara dalam kerang lapuk"

Marahnya Mutiara dalam Kerang Lapuk

 Di awal tahun 1994 di dalam dasar laut yang penuh dengan sampah diantara sisa-sisa bangkai kapal yang tenggelam.sebuah kerang dengan kecacatan yang telah lama disandangnya.. Seketika itu juga suatu tamparan ombak yang begitu keras menghantam mutiara itu ”blurrrrr…” crakkkkkk…basah semua sekujur permukaannya bahkan sampai mengenai permukaan kerang-kerang disebelahnya.
Tamparan keras itu telah merubah kelangsungan hidupnya. “cacat” mungkin iya, kerang itu akan tidaklagi sempurna. Mutiara didalam kerang tersebut selalu mengalami yang namanya perih. Sering mutiara itu mengeluh
“ kenapa aku selalu dihampiri bahkan sampai dimasuki pasir-pasir kecil ini yang selalu membuatku sakit”
Kerang lain menjawab “ sabarlah, kelak kamu akan menjadi mutiara yang sangat berkilau diantara mutiara-mutiara lainnya” yakinlah, tegas mutiara satu.
“Tapi kenapa mesti aku” kenapa bukan mereka mutiara-mutiara yang lebih besar dari aku dan lebih kuat dari aku” keluhnya lagi
“ meskipun begitu, meski kamu lebih kecil dari mereka tapi kamu jauh lebih kuat dan besar dari mereka”
Mutiara dua masih bingung dengan segala bentuk penguatan yang diberikan mutiara satu, namun dengan tidak lagi tersedu menangis. Ia merasakan sedikit kelegaan dan kesadaran.
“(mengesek-gesek mulut kerang) “ sudahlah, kamu jalani saja kehidupan ini wahai kawanku” tukas mutiara Satu.
Masih dengan sisa isakan tangis mutiara dua mencoba untuk menghentikan tangisnya.
“ asal kamu tahu muiara dalam kerang yang sering kemasukan pasir semakin lama dan semakin lama, kelak akan menjadi mutiara yang indah, besar, dan kuat. Tidak seperti mutiara-mutiara dalam kerang yang tak pernah kemasukan pasir. Memang sangat sakit namun rasa sakitmu itu kelak akan menjadikanmu mutiara yang mahal dan bahkan sangat mahal menjadi incaran banyak orang.untuk dimilikinya. Dengan kesabaran dan ketulusanmu menerima pasir-pasir itu maka bukan kamu yang akan menjadi lapuk tetapi pasir-pasir itu yang lamban laun akan pergi dengan sendirinya”
Mutiara dua terdiam merunduk mendengarkan nasehat dari mutiara satu.

#########################################################################

kerang bernyanyi mengikuti alur lagu ini, merasakan dan menikmati setiap tuts nada yang didengar. Meresap kedalam, kala ia semakin menikmatinya. Ungkapan hati yang pemalu untuk mengungkap langsung. "Aku kamu dan mereka sama, tak ada yang berbeda. Ketakutanmu untuk tersaingi adalah salah satu alasan kenapa kamu, bahkan kalian selalu memandang rendah aku. jika kamu takut, maka berlarilah jangan hanya berjalan, biarlah aku yang berjalan namun penuh kepastian yang akan membuktikan bahwa aku mampu dan terpenting aku mampu meski tanpamu aku akan lebih bahagia.  ketika aku melihat kamu menderita karena melihat aku sudah jauh lebih sukses dari kamu sekarang. Ibuku selalu mengajariku untuk cuek terhadap orang2 seperti kalian yang tak punya kerjaan selain memandang rendah orang lain. Jika kalian berfikir salah mengenai ambisi kami untuk maju lalu bagaimana dengan kalian yang hanya mencaci dan menahan kami agar kami tidak maju. “ takut tersaing” itu alassan yang bisa aku gambarkan pada hidup kalian yang lemah karena kesyirikan kalian. Mampussss…kalian, jika kalian kelak merasakan derita batin karena telah menghina kami dengan segala kekurangan yang ada pada kami. Kalian akan menyesal karena telah memandang remeh dan rendah kami. Kami yang kamu hina sekarang adalah penolongmu dari segala masalahmu dimasa depan. Mungkin sekarang kami belum bisa membanggakan diri dimata kalian wahai kaum penghina, tapi lihatlah saja kellak kalian akan mendekat pada kami dengan sanjungan palsumu itu untuk merayu. ‘ gak tahu malu, dasar orang bermuka tebal”. Kecewaku bukan karena aku lahir dari keluarga tidak mampu, tapi marahku karena kamu terlahir dari keluarga mampu. Yang tidak bisa merasakan indahnya kebersamaan dalam kesederhanaan. Sehingga munculah sikap angkuhmu padaku. Aku marah, iya sekarang aku memang marah. Marah pada diriku sendiri jika aku mengalah dari semua amarah yang keluar dari mulut manismu tapi berbau busuk. Bau busuk yang membuat semua orang  menahan diri untuk berhenti dan kemudian pergi menjauh darimu. Mereka pergi, karena mulut manis yang selama ini mereka idamkan ternyata  telah lama menyimpan bau busuk yang sangat menyengat ketika kalian membuka sedikit saja mulutmu. Aku marah bukan karena aku iri, dengki, ataupun benci. Aku marah terlebih karena aku menyayangkan kalian yang aku pikir bermulut manis ternyata bermulut busuk yang aromanya mematikan sekitar. Aroma yang membuat aku dan mereka kebingungan mencari penutup ditengah keterbatasan agar kami tidak terkontaminasi aromamu dan tetap fokus pada tujuan utama kami. “SUKSES”
.

if. kheebi / 9 februari 2014/05.40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar