Jumat, 09 Mei 2014

sedih (kala itu)

         Hati ratna meronta, menangis. tatkala apa yang di ucapkan putri ternyata seperti itu.pertemanan yang telah di jalaninya selama dua semester itu mendadak terasa hambar. pertemanan yang dulunya manis, kini pahit sepahit-pahitnya.putri mengungkap semua keluh yang membuatnya sesak. masalah ataupun kesalah pahaman yang menurut ratna sepele dan kecil itu, ternyata tidak sama dengan anggapan putri. putri selalu melibatkan hati dalam tiap perbincangan dengan ratna. sedang ratna sedikit banyak mkenonjolkan cueknya dari pada hati. ibarat sang rival mereka adalah si pecuek hati yang berlawan dengan si pemakai hati.

 " hati memang pusat dari segala rasa karena yang tinggal di dalam hati sejatinya adalah rasa. "

Ratna terdiam, mencerna, berfikir tentang setiap kata yang keluar dari mulut putri. malam seakan rtahu suasana mencekam dalam benak ratna juga putri. tangis putri mampu menarik air mata ratna yang akhirnya keluar dengan deras juga, sesenggukan putri masih mampu berucap.
"maafkan aku putri, aku benar tidak ada maksud. maafkan aku." suara parau ratna mengisi perbincangan tangis itu.
"aku sebenarnya juiga bingung rat, sebelum aku membaranikan diri untuk berkata seperti ini. aku sudah berfikir, jika aku bercerita kepadamu pasti kamu akan menganggap kalau itu hanya masalah sepele. tapi tidak untukku rat, tadi malam aku benar-benar marah dan kecewa kepadamu. sampai esoknya aku tidak masuk kuliah, itu karena aku bingung harus bersikap bagaimana jika bertemu dengan kamu di kampus. semalaman aku menangis memikirkan masalah ini."
    suara tangis ratna semakin menjadi ingus dari hidungnya sampai mengalir menyumbat hidungnya sehingga ia terasa susah bernafas. tangisnya benar-benar dari hati, sesenggukan tangis putri juga masih terdengar.
"maafkan aku putri, maafkan aku, aku minta maaf.....maafkan aku yang kurang peka dengan dirimu (pribadi) maafkan aku yang cereboh tentang perasaanmu, maafkan aku....
sekarang aku baru tahu kalau ternyata kamu selalu melibatkan hati di setiap perkataanku untukmu. sungguh, ucapanku selama ini bukan maksud untuk menghina.aku memang tipekal anak yang ngomong berdasar atas kata atau kalimat yang melintas dalam otakku. maka dari itu tak jarang jika banyak ucapanku yang tidak logis, maafkan aku putri. kamu sendiri kan sudah tahu kalau akau anaknya cuek."
tangis mereka semakin pecah, tak ada yang mampu melerai suara tangis mereka. hingga terdengar suara getar dari ponsel putri. 
" retddd...rettddd....rettt..retttt..." putri mengangkat teleponnya, perlahan tangis mereka terhenti dengan sendirinya.
"haloo,...mas. " sapa putri.
"haloo, putri, sekarang masih dimana ?" tanya kakak putri di ujung telepon.
"aku masih di kampus, mas. kenapa ?" 
'cepet pulang, ibu sudah mencarimu. put "
"iya, habis ini langsung pulang kok."
_______________________________________*_*________________________________________

"aku sudah pernah merasakan cinta dalam kepengharapan, dulu. dan kini aku tak mau itu terulang kembali karena sejatinya hatiku sudah retak tak lagi sempurna. dan aku sangat takut jika nanti hatiku benar-benar patah. karena itu pasti akan sakit tak terhingga."
    ucap ratna dalam sela-sela perbincangannya dengan  putri tentang cowok yang telah mencuri hati putri. kesalah pahaman itu membuat ratna harus berucap tentang masa lalunya, masa abu-abunya. 

"coba saja lukamu seperti lukaku, andai saja cintamu seperti cintaku.sama merasakan mungkin mampu mencegah terjadinya kesalah pahaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar