Kamis, 29 Mei 2014

Pernahkah bertanya pada Setia ?


Apresiasi novel "jika hujan pernah bertanya" karya Robin Wijaya

Setia adalah tetap bertahan pada satu pilihan, meskipun terkadang menyakitkan. Dan kesetiaan pada akhirnya pasti akan menuntun pada kebahagiaan karena ketulusannyalah yang membuat luluh sebuah hati. Meskipun itu dalam waktu yang lama. Seperti kutipan dalam novel ‘jika hujan pernah bertanya’
Dulu, di hari disaat ia mengantarku pulang ke rumah ketika hujan, philip pernah menceritakan satu filosofi tentang hujan dan awan “ pernah berpikir, kenapa awan hadir lebih dulu setiap kali hujan akan turun?” tanyanya.“Tidak, kenapa? “ aku balik tanya.“karena awan yang paling setia. Menemanihujan yang hadir untuk bumi. Walau setelahnya hujan berlalu, meninggalkan awan di atas sana. Awan tak takut akan perpisahan. Jika keberadaannnya memang hanya boleh sementara baginya sudah cukup. Ia akan pergi, menanti hujan berikutnya.” Tanpa sadar aku menatap wajah  philip lekat. Dia menoleh ke arahku, dan pandangan kami bertemu. “manis sekali”, sambutku. Tak tahu apakah mataku menerjemahkan desir di dada setelah mendengar filosofi philip barusan. “kesetiaan seperti awan menemani hujan sepanjang zaman tak tergantikan” lanjutnya, menutup cerita tentang awan dan hujan itu. “ sejak kecelakaan itu, inilah hasil yang kami temukan. Bukan tak ada orang yang peduli padanya . ia yang tak mau membalas kepeduliaan tersebut. Ia menganggap dirinya gagal, padahal dorongan semangat datang  dari orang-orang. Dan kamu setujukan kalau dorongan itu mestinya datang dari diri sendiri?” “sekarang iya”. “ pertama, kau tak menaruh perasaan kehilangan dia dalam dirimu. Kedua, yang kau lakukan sama sekali tidak salah. Philip tak memberi dirinya kesempatan kedua. Dan kau telah mencoba meyakinkan itu padanya. Kedatanganmu adalah kesempatan kedua yang tuhan berikan untuknya. Kau sudah melakukannya, kau hanya perlu melanjutkan . percayalah, dia mulai berubah sejak kau datang.” Di sebuah waktu, gerimis jatuh dengan cepat dari langit. Aku dan philip menepi kuaraih payung yang terselip di belakang kursi roda. Mengembangkannya dan melanjutkan perjalanan sambil berlindung dari gerimis yang semakin deras. “ katanya hujan akan pergi meninggalkan awan,” bisikku mengenang filosofi itu kembali. “ tapi awan akan menunggu lagi kan ?” sahut philip. Aku terkekeh kecil, “ jika aku adalah hujan philip ?” “ jangan pergi rahita, aku meminta padamu.” Dan jika kau yang menjadi hujan?” philip tak menjaawab, ia menggenggam sebelah tangannku yang masih mendorong kursi roda. Tapi aku tahu philip telah kembali.
                Memilih setia terkadang menjadi pilihan dan kadang menjadi satu-satunya pilihan. Karena seseorang telah merasakan kenyamanan dan meskipun hanya ia sendiri yang merasakan.
Gue inget senja, gue inget kalau adel selalu menyukai dan mengaguminya. Hari ini langit masih setia melukis warna jingganya untuk mengantarkan malam datang. Seperti gue,..setia. adel mungkin nggak sadar, kalau selama ini gue lah yang paling setia menemannya. Adel juga nggak tahu kalau gue sudah menyimpan perasaan ini cukup lama. Gue sayang dia. Lebih dari itu, gue jatuh cinta sama dia. Sejak lama. Kalaupun dia memilih ale sekarang. Setidaknya gue menunjukan sesuatu, kalau kesetiaan nggak akan hilang  meski tak terbalas perasaan. Menjadi bagian dalam hidupnya saja gue udah bersyukur. Melihat senyumnya saja gue sudah bahagia. Dan menjadi sahabat terbaiknya saja, sudah cukup. Sebagai cara untuk mewujudkan perasaan sayang gue ke dia. Senja pergi. Dia masih setia menjadi pengantar hari menemui malam. Seperti gue, yang jatuh cinta dan bertahan untuk setia. Untuk dia........


Meski dirimu bukan miliku
Namun hati ini tetap untukmu
Berjuta pilihan di sisiku
Takkan bisa menggantikanmu

Ku akan menanti
Meski harus penaantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tahu kau hanya untukku

Biarkan waktuku
Habis oleh penantian ini
Hingga kau percaya begitu besar
Cintaku padamu ku tetap menanti





back sound by nikita willy "penantian panjang"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar